Comfort Zone atau Zona Nyaman


Pada dasarnya manusia ingin hak-hak dan privasinya yang mungkin selama ini menjadi kebiasaan dalam dirinya tidak ingin terganggu. Hal tersebut biasanya sangat wajar mengingat memang sebagi fitrahnya manusia tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian, namun dari hasil kebiasaan-kebiasaan itu dapat diambil suatu pelajaran dan kadang dijadikan prediksi atau perencanaan di masa mendatang. Sering saya menghadapi orang cenderung kurang optimis untuk menghadapi masa perubahan karena takut kecewa jika tidak sesuai dengan yang dia inginkan atau tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Hal ini adalah salah satu contoh sharing dibidang yang saya tangani. Saat ini di Perum Pegadaian sangat gencar membuka banyak unit atau outlet sehingga unit yang telah siap harus diisi tenaga-tenaga yang siap.

Mengingat Pegadaian bergerak dibidang jasa gadai maka tentunya untuk mengisi unit kerja yang baru harus dipilih orang-orang atau yang mampu dan berpengalaman. Di beberapa cabang yang sudah besar pada umumnya terdapat beberapa tenaga yang dianggap berpengalaman tersebut, jumlahnya ada yang 2 atau 3 orang penaksir, dan selaku karyawan di bagian SDM yang harus menempatkan orang-orang tersebut terkadang mengalami kendala. Pada umunya para Manajer Cabang yang menjadi atasan dari tenaga yang dianggap berpengalaman tersebut keberatan jika bawahannya dipindahkan ke unit yang baru tadi mengingat selama ini jika terdapat penaksir tersebut beban kerjanya dapat diatasi dengan baik.
Dalam benak Manajer Cabang barangkali terdapat pemikiran melepaskan penaksirnya maka resikonya adalah :

1.Manajer Cabang harus melakukan pembinaan terhadap pegawai lain yang relative baru dan itu dipastikan akan lebih capek dan perlu waktu yang cukup lama.
2.Manajer Cabang harus terjun langsung dan dipastikan lebih sibuk yang mengakibatkan kenyamanan bekerja atau tekanan dalam bekerja semakin meningkat.
3.Suasana comfort zone atau zona nyaman membuat seseorang riskan dalam menghadapi perubahan.

Kemungkinan besar bahwa penolakan-penolakan terhadap perubahan ternyata adalah seseorang pada titik tertentu telah mengalami comfort zone atau zona nyaman. Karena telah nyaman, tenang, aman dan tenteram dalam bekerja maka dia akan sulit untuk dirubah. Sikap yang lainnya penyebab dari penolakan terhadap perubahan adalah pada prinsip kurang suka terhadap tantangan hal itu ditunjukkan dengan jika diberikan beban kerja yang lebih maka cenderung akan mengeluh, protes terhadap suasana akan perubahan dan menunjukkan kurang optimis.

Mudah-mudahan hal ini menjadi pengingat terhadap penulis sendiri dan marilah hadapi tantangan di masa depan, meskipun kita semua dalam suasana zona nyaman tapi persiapkan diri dengan baik untuk menghadapi perubahan-perubahan di masa depan, karena salah satu yang tidak akan berubahan dalam dunia ini adalah perubahan itu sendiri.

1 komentar:

  1. Zona nyaman yang menyebabkan kita tidak berani melakukan perubahan.
    Berubah atau terlindas oleh perubahan kitalah yang tahu.
    Semoga kita pernah selalu merasa berada di zona nyaman, karena dipastikan kita akan ketinggalan....

    BalasHapus