Selamat Datang dan Terimakasih Anda Telah mengunjungi Wied's Blog
Disuatu saat ketika saya mengantar les renang anak saya, anak saya yang kelas 4 SD bertanya “Pak kapan sih Bapak pindah ke Cirebon?” , ketika itu pula istriku langsung melihat ke wajahku, suasana menjadi hening sejenak, aku berusaha bernafas dengan tenang lalu beberapa saat kemudian aku jawab “Nak, pertanyaanmu itu yang Bapak tidak bisa jawab”. Setelah itu, aku coba alihkan perhatiannya dengan menyuruhnya kembali untuk latihan renang. Disaat-saat itulah saya berdiskusi dengan istriku tentang pertimbangan karir pekerjaan masing-masing, tentang perkembangan pendidikan anak, asas manfaat dan mudharatnya, dan lain-lain. Memang resiko dua dapur harus begitu, namun ada satu komitmen yang menjadikan selalu terjaga keutuhan rumah tangga yaitu menjaga komitmen, kuatnya iman dan komunikasi. Dari ketiga aspek itulah barangkali hasil diskusi saat itu.
Dilain kesempatan saat jalan-jalan dengan anak saya, anak saya minta dibelikan sesuatu, permintaannya begitu menggebu-gebu, saya tahu karena teman-teman di sekolahnya telah memiliki barang tersebut makanya anak saya begitu menggebunya, dan sebenarnya saya maklum karena masa anak-anak jika melihat temannya punya suatu barang maka cenderung akan ikut-ikutan atau cenderung mengikuti tren yang sedang in saat itu, namun tanpa berfikir panjang saya jawab bapak belum bisa penuhi keinginanmu Nak, barangkali hal itu akan berakibat anak saya akan ngambeg tapi saya sudah siap akan resiko itu dan batin saya bahwa barang tersebut belum terlalu penting untuk saat ini, Ikut-ikutan dengan trend an cenderung tidak punya karakter sendiri serta tidak bersifat fungsional (arti kegunaan dari barang tersebut) serta tanpa mengetahui teknologi yang ada didalam barang tentunya akan menjadi mubazir belaka. Alasan tersebut yang menjadikan saya masih kekeh untuk tidak mengabulkan permintaan anak saya, barangkali secara kemampuan atau hanya ingin sekedar menyenangkan anak bisa, namun dampak dan efek pembelajaran tetap harus dipertimbangkan, selain tu masih banyak hal-hal lain yang lebih urgen yang hampir dapat dipenuhi misalnya perlengkapan sekolah adalah hal yang utama.
Mengingat suasana jalan-jalan pagi dipinggir laut dengan pemandangan matahari terbit yang indah dan disebaliknya ada pemandangan gunung Ciremai, angin berhembus sepoi-sepoi, saya justru memberikan nasihat kepada anak saya. Nak, kamu ngak usah minta yang macam-macam, tunjukkan kepada bapak dan Ibumu bahwa kamu punya kemampuan yang baik dan positif, tunjukkan prestasi di sekolahmu yang baik niscaya akan Bapak penuhi keiinginanmu. Kita punya tugas sendiri-sendiri, Bapak punya tugas memberikan nafkah kepada Ibumu dan dirimu, Ibu juga demikian punya tugas mendidikmu, demikian juga kamu punya tugas sendiri. Kau mengerti akan tugasmu anakku? Bapak minta hanya dua tugasmu dua saat ini yaitu :
1. Tugasmu adalah belajar. Belajar dalam hal apapun, belajar yang baik-baik ilmu di dunia ini dan belajarlah ilmu agama dan melaksanakannya untukbekal hidupmu kelak. Jika bapak menyuruhmu belajar bukan semata-mata untuk kepentingan Bapak Ibumu, tapi untuk kepentingan dirimu sendiri. Bapak tahu saat ini kamu kurang begitu faham tapi Bapak yakin suatu saat nanti kamu akan tahu arti dan kegunaan nasihat Bapak ini. Belajarlah anakku.
2. Tugas berikutnya adalah kamu harus tumbuh dan berkembang, makan yang cukup, atur waktumu dengan baik untuk tumbuh dan berkembang agar waktu yang selalu terus berjalan ini, kamu mendapatkan sesuatu yang berharga untuk bekal hidupmu. Seiring dengan perkembangan badanmu mudah-mudahan dapat diikuti juga perkembangan pikiranmu agar dapat selalu jernih dalam menyikapi hidup ini. Berkembanglah secara positif anakku, Insya Allah, Allah SWT akan selalu melindungimu.
Saat engkau akan tumbuh dewasa nanti tugasmu akan berbeda, namun dalam usiamu saat ini, jaga nasihat Bapakmu ini dan ingat akan dua tugasmu itu yaitu Belajar dan Tumbuh Berkembang. Mudah-mudahan bermanfaat anakku.
Pernahkan anda bertemu dengan orang yang sangat ambisius dalam segala hal, Dia merasa memiliki kemampuan super dan bisa melakukan hal-hal apapun, Dia merasa super diantara yang lain. Bisa jadi sangking merasa supernya mengakibatkan melihat orang lain menjadi rendah, tidak berdaya dan semua bisa diatasi, dan Dia mendapatkan pengakuan-pengakuan kehebatan dari orang lain.
Sebenarnya hampir semua manusia di dunia ini memiliki motivasi / rasa super, hanya bagaimana cara memanage motivasi/rasa yang dia miliki itu yang menyebabkan seseorang memiliki tingkah laku dan sikap yang berbeda, selain daripada itu hal yang mempengaruhi motivasi adalah lingkungan sekitar.
Kemudian apa kaitannya antara manusia super dengan motivasi? Karena motivasi adalah sesuatu yang hal yang mentrigger atau memicu seseorang melakukan hal dan bersikap super diantara yang lain. Motivasi akan tujuan tertentu adalah merupakan alasan kuat seseorang mencurahkan seluruh kekuatan untuk dapat mewujudkan hasratnya.
Seseorang yang memiliki jiwa sangat super itu menyebabkan dia ingin mengkondisikan orang lain agar mengapresiasi apa yang telah dia capai, baik hasil dari pekerjaanya atau seseorang itu hanya ingin sekedar jabatannya dan setelah mendapatkan jabatan itu kemudian dia sudah puas. Sangat ironis sekali apabila seorang manusia yang merasa super itu hanya ingin diapresiasi karena dia telah mencapai suatu jabatan yang sangat dia idam-idamkan kemudian dia menyia-nyiakan jabatannya itu lalu tidak dapat berbuat apa-apa. Hampir dapat dipasti jika hanya ingin mencapai suatu jabatan tanpa diiringi kemampuan yang nyata hasilnya nanti tidak akan baik. Mengapa demikian : meskipun sifat manusia adalah tidak pernah puas dengan diibaratkan apabila manusia itu diberikan emas satu gunung maka akan minta tambahan emas satu gunung lagi, sudah dapat emas dua gunung akan ternyata masih kurang dan minta tambah satu gunung lagi dan seterusnya. Namun sebagai manusia yang karuniai akal untuk berfikir tentunya kita harus belajar tentang rasa syukur terhadap apa yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta, harusnya kita harus belajar dari tingkatan kepuasan yaitu apabila tingkat kepuasan itu sudah berlebih maka justru akan mengurangi dari rasa puas itu sendiri, tidak pernah belajar akan arti pentingnya sebuah amanah yaitu bahwa manusia dalam mengemban tugas adalah merupakan sebuah tanggungjawab sehingga harus dijalankan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jika melihat disekeliling kita, terdapat orang yang merasa menjadi manusia super dan berambisi untuk suatu jabatan tertentu dan ternyata kesampaian kemudian dia mengumumkan kepada khalayak bahwa dia akan mampu mengemban tugas tersebut maka komentar penulis adalah biarkanlah dia merasa puas dengan pujian-pujian itu, biarkan rasa puas itu terpuaskan tapi kedepan kita lihat saja hasilnya, apakah dia bisa membuktikan dan mempertanggungjawabkannya.
Barangkali kata-kata ini sebagai bahan introspeksi bagi penulis, dan berikut ini adalah kutipan dari rekan saya dan keluar dari seorang ustadz “Biarkan dia dengan puji-pujian manusia asalkan kita yang akan mendapat pujian dari Allah SWT”, selain itu agar penulis mampu membaca dan memahami dari hal-hal yang ada disekeliling serta semua yang ada di dunia ini agar tetap berimbang, agar kita tidak bersikap selalu kurang juga tidak selalu bersikap berlebih. Mohon maaf dan Wa allahu’alam bishowab
Kemudian apa kaitannya antara manusia super dengan motivasi? Karena motivasi adalah sesuatu yang hal yang mentrigger atau memicu seseorang melakukan hal dan bersikap super diantara yang lain. Motivasi akan tujuan tertentu adalah merupakan alasan kuat seseorang mencurahkan seluruh kekuatan untuk dapat mewujudkan hasratnya.
Seseorang yang memiliki jiwa sangat super itu menyebabkan dia ingin mengkondisikan orang lain agar mengapresiasi apa yang telah dia capai, baik hasil dari pekerjaanya atau seseorang itu hanya ingin sekedar jabatannya dan setelah mendapatkan jabatan itu kemudian dia sudah puas. Sangat ironis sekali apabila seorang manusia yang merasa super itu hanya ingin diapresiasi karena dia telah mencapai suatu jabatan yang sangat dia idam-idamkan kemudian dia menyia-nyiakan jabatannya itu lalu tidak dapat berbuat apa-apa. Hampir dapat dipasti jika hanya ingin mencapai suatu jabatan tanpa diiringi kemampuan yang nyata hasilnya nanti tidak akan baik. Mengapa demikian : meskipun sifat manusia adalah tidak pernah puas dengan diibaratkan apabila manusia itu diberikan emas satu gunung maka akan minta tambahan emas satu gunung lagi, sudah dapat emas dua gunung akan ternyata masih kurang dan minta tambah satu gunung lagi dan seterusnya. Namun sebagai manusia yang karuniai akal untuk berfikir tentunya kita harus belajar tentang rasa syukur terhadap apa yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta, harusnya kita harus belajar dari tingkatan kepuasan yaitu apabila tingkat kepuasan itu sudah berlebih maka justru akan mengurangi dari rasa puas itu sendiri, tidak pernah belajar akan arti pentingnya sebuah amanah yaitu bahwa manusia dalam mengemban tugas adalah merupakan sebuah tanggungjawab sehingga harus dijalankan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jika melihat disekeliling kita, terdapat orang yang merasa menjadi manusia super dan berambisi untuk suatu jabatan tertentu dan ternyata kesampaian kemudian dia mengumumkan kepada khalayak bahwa dia akan mampu mengemban tugas tersebut maka komentar penulis adalah biarkanlah dia merasa puas dengan pujian-pujian itu, biarkan rasa puas itu terpuaskan tapi kedepan kita lihat saja hasilnya, apakah dia bisa membuktikan dan mempertanggungjawabkannya.
Barangkali kata-kata ini sebagai bahan introspeksi bagi penulis, dan berikut ini adalah kutipan dari rekan saya dan keluar dari seorang ustadz “Biarkan dia dengan puji-pujian manusia asalkan kita yang akan mendapat pujian dari Allah SWT”, selain itu agar penulis mampu membaca dan memahami dari hal-hal yang ada disekeliling serta semua yang ada di dunia ini agar tetap berimbang, agar kita tidak bersikap selalu kurang juga tidak selalu bersikap berlebih. Mohon maaf dan Wa allahu’alam bishowab
Langganan:
Postingan (Atom)