Masih pengalaman sholat tarawih di Masjid Jakarta Loyd di bilangan Jalan Senen Raya Jakarta Pusat. Seperti biasa jika saya pergi ke Masjid saya mengenakan baju yang menurut saya cukup bersih dan Insya Alloh terhindar dari najis dan Insya Alloh juga saya peroleh dengan cara yang halal. Hanya saat itu yang saya pakai adalah kaos berkerah. Kata teman saya yang bernama Mas Wiryo Kaos itu baju untuk keperluan badminton.
Saat menjadi ma’mum di sholat tarawih tersebut sebelum tarawih dilaksanakan memang dilaksanakan kultum atau ceramah. Nah yang menjadi penceramah adalah setahu saya adalah petugas atau takmir Masjid di Jakarta Loyd, kebetulan nama penceramahnya saya tidak tahu. Orangnya masih muda tapi sepertinya ilmunya cukup mumpuni. Ceramah yang disampaikan atau topic dalam kultum tersebut adalah Kecintaan terhadap Alloh SWT. Seperti biasanya beberapa hal disampaikan sebagai tanda cinta kita terhadap sesuatu misalnya kalo cinta khan biasanya dapat meluangkan waktu lebih banyak untuk sesuatu yang kita cintai itu. Kemudian taat atas perintah-Nya dan menhidari dari larangan-Nya. Nah… sampailah pada point Tanda cinta kita pada Alloh SWT yaitu bersikap yang terbaik termasuk mengenakan Baju yang terbagus pada saat menghadap pada Alloh SWT. Maksudnya secara singkat adalah Mbok yao … kalo sholat kenakanlah Baju yang terbagus yang dimiliki, alasannya diibaratkan kalo ketemu pacar saja pasti kita akan berpenampilan yang terbaik atau mengenakan baju yang terbaik dan beliau menyindir pada jamaah yang melaksanakan sholat dengan memakai kaos.
Karena saya juga memperhatikan ceramah tersebut saya sempat kaget dan merasa disindir, namun astaghfirullah….. ternyata apa yang ada dalam benak Saya selama ini ternyata belum tentu dapat diterima oleh orang lain. Semula saya berfikir untuk bertindak tawaduk dan sederhana dan bermaksud tidak berlebihan dalam penampilan, ternyata salah ya…. Astaghfirullah, jadi sebagai tanda cinta kita pada Alloh SWT jika melakukan sholat atau menghadap pada Alloh SWT sebaiknya mengenakan baju tang terbagus yang dimiliki.
Pada saat itu rasa dalam hati ini berkecamuk, karena menurut pemahaman saya dalam Islam bahwa yang dilihat oleh Alloh SWT adalah hanya ketaqwaan, sehingga buat apa baju bagus kalo ketaqwaannya kurang.Nah dengan hal itu saya merasa mendapat pencerahan bahwa ternyata Alloh itu maha Indah dan Alloh suka akan keindahan, jadi selain taqwa Alloh juga memperhatikan keindahan.
Ya mungkin pemahaman saya masih dangkal sekali jadi dengan tidak mengurangi rasa hormat, dan meskipun saya belum dapat menerima sepenuhnya dan dengan alasan apapun, dalam lubuk hati saya tetap mengucapkan terimakasih pada Sang penceramah tersebut, meskipun tidak langsung dapat mengucapkan terimakasih langsung kepada penceramah tersebut namun lewat mimbar ini saya mengucapkan terimakasih. Dan tak lupa terimakasih ya Alloh SWT telah mengirimkan orang untuk mengingatkan diri saya. Mudah-mudahan hal tersebut dapat merubah perilaku saya.
Jazakumullohi khoiron katsiron.
Selamat Datang dan Terimakasih Anda Telah mengunjungi Wied's Blog
Mudahnya di Shaf Depan
Pada malam ke 19 Ramadhan ini seperti biasa, jika tidak ada undangan untuk buka puasa bersama, saya bersama shohib saya satu kost yang bernama Samsuri menjalankan sholat tarawih berjamaah di Masjid Jakarta Loyd di bilangan Jalan Senen Raya Jakarta Pusat. Herannya sudah lama sekali sebenarnya saya tahu keberadaan masjid tersebut (sekitar tahun 2000 saya pernah melaksanakan sholat jumat di Masjid tersebut). Setelah sekian lama sepertinya saya belum mendapati papan nama Masjid di Jakarta loyd tersebut, entah saya yang tidak teliti mengamati atau bagaimana yang jelas saya belum menemukan keberadaan papan namanya sehingga belum tahu nama masjid yang sesungguhnya. Setiap petugas masjid atau takmir masjid mengumumkan jumlah infaq dan pejabat penceramah saya memperhatikan betul, sebenarnya nama masjid itu apa ? setelah sekian lama saya memperhatikan eee… belum tahu juga namanya (Wah dasar … saya saja yang tidak konsen). Mungkin tentang nama masjid tersebut ngak perlu lah ya …. Tapi tetap bikin penasaran saya… lha wong sering jamaah di situ kok ngak tau namanya …..
Pada malam ke 19 itu seperti biasa dari kost Saya jalan kaki ke Masjid Jakarta Loyd yang berjarak kira-kira 500 Meter. Karena sudah ambil wudhu di Kost maka langsung memasuki ruang Masjid tersebut. Memang agak berbeda dengan hari-hari pertama Ramadhan, yang jelas pada malam ke 19 jamaah sudah mulai berkurang kira-kira 50%. Saat itu jamaah di dalam bangunan utama terlihat penuh sedang di teras sudah tinggal ibu-ibu dan beberapa kaum Bapak-bapak. Alhamdulillah saya bisa sholat tahiyatul masjid di dalam sengaja saya ambil shaf agak tengah. Setelah muazin mengumandangkan qomat segeralah semua jamaah berdiri mengambil shaf masing-masing bangunan utama hanya muat untuk 5 shaf. Jamaah di Masjid Jakarta Loyd tersebut kebanyakan Bapak-bapak pinisepuh di lingkungan sekitar masjid, dan mungkin beberapa karyawan yang ada di lingkungan Jakarta Loyd. Karena pada saat posisi duduk biasanya memakan tempat, maka pada saat berdiri tentunya masih banyak shaf yang longgar karena jamaah harus merapat (rapat dan lurusnya shaf itu bagian dari kesempurnaan sholat berjamaah – demikian kata sebuah hadist). Karena shaf yang paling depan terdapat kosong untuk dua orang, saya memberikan kesempatan kepada jamaah di samping saya untuk dapat mengisi shaf depan dan beberapa saat, semua ternyata jamaah disamping saya tidak ada yang mau mengisi shaf depan. Saya jadi tersanjung karena sepertinya saya dipaksa untuk mengisi shaf bagian paling depan, dan sayapun jadi berada di shaf yang paling depan.
Usai sholat tarawih dengan 8 rekaat dan sholat witir 3 rekaat, Saya mempunyai anggapan bahwa pada malam ke 19 Ramadhan 1429H sudah gampang mencari shaf depan, dengan kejadian tersebut pikiran saya terusik bagaimana dengan masjid-masjid yang lain. Saya beranggapan untuk mencari shaf yang paling depan kata kuncinya adalah melangkahlah ke Masjid lebih awal. Namun saat malam ke 19 tersebut perasaaan saya berangkat tidak terlalu awal namun masih sempat dan Alhamdulillah dapat shaf yang paling depan. Bagaimana ya dengan masjid yang lain ?
Pada malam ke 19 itu seperti biasa dari kost Saya jalan kaki ke Masjid Jakarta Loyd yang berjarak kira-kira 500 Meter. Karena sudah ambil wudhu di Kost maka langsung memasuki ruang Masjid tersebut. Memang agak berbeda dengan hari-hari pertama Ramadhan, yang jelas pada malam ke 19 jamaah sudah mulai berkurang kira-kira 50%. Saat itu jamaah di dalam bangunan utama terlihat penuh sedang di teras sudah tinggal ibu-ibu dan beberapa kaum Bapak-bapak. Alhamdulillah saya bisa sholat tahiyatul masjid di dalam sengaja saya ambil shaf agak tengah. Setelah muazin mengumandangkan qomat segeralah semua jamaah berdiri mengambil shaf masing-masing bangunan utama hanya muat untuk 5 shaf. Jamaah di Masjid Jakarta Loyd tersebut kebanyakan Bapak-bapak pinisepuh di lingkungan sekitar masjid, dan mungkin beberapa karyawan yang ada di lingkungan Jakarta Loyd. Karena pada saat posisi duduk biasanya memakan tempat, maka pada saat berdiri tentunya masih banyak shaf yang longgar karena jamaah harus merapat (rapat dan lurusnya shaf itu bagian dari kesempurnaan sholat berjamaah – demikian kata sebuah hadist). Karena shaf yang paling depan terdapat kosong untuk dua orang, saya memberikan kesempatan kepada jamaah di samping saya untuk dapat mengisi shaf depan dan beberapa saat, semua ternyata jamaah disamping saya tidak ada yang mau mengisi shaf depan. Saya jadi tersanjung karena sepertinya saya dipaksa untuk mengisi shaf bagian paling depan, dan sayapun jadi berada di shaf yang paling depan.
Usai sholat tarawih dengan 8 rekaat dan sholat witir 3 rekaat, Saya mempunyai anggapan bahwa pada malam ke 19 Ramadhan 1429H sudah gampang mencari shaf depan, dengan kejadian tersebut pikiran saya terusik bagaimana dengan masjid-masjid yang lain. Saya beranggapan untuk mencari shaf yang paling depan kata kuncinya adalah melangkahlah ke Masjid lebih awal. Namun saat malam ke 19 tersebut perasaaan saya berangkat tidak terlalu awal namun masih sempat dan Alhamdulillah dapat shaf yang paling depan. Bagaimana ya dengan masjid yang lain ?
Langganan:
Postingan (Atom)